Tiga
Syawal 1435 H bertepatan Kamis 31 Juli 2014 sekitar pukul 10.00 wita rombongan
warga Paguyuban Senibela diri Pernapasan Tapak Wali Indonesia (TWI) kembali berlayar
ke kepulaun Togian. Perjalan bahari untuk kedua kalinya semenjak lapangan TWI
Kramat 4 Benteng dibuka tanggal 17 Juli 2014 yang lalu...
Warga
Tapak Wali Indonesia akan datang dan pergi ibarat gelombang menemui masyarakat
Benteng sebagai saudaranya...menyatu dalam gerak bersama...
Laporan :
Sam Asiku, S.Sos, MMG
Kapal motor kayu yang bertanase 20 ton yang
ditumpangi merupakan kapal terakhir
yang
Dari kejauhan awan kelabu menyelimuti Puncak Gunung
Benteng pertanda hujan menyambut kedatangan awal warga TWI dari Ampana. Namun
ketika rombongan menginjakkan kaki didermaga Benteng langit cerah, masih
terlihat sisa air hujan di dedaunan dan
jalan beton yang melingkari desa.
Kedatangan warga untuk melatih untuk
mengaktifkan
kembali lapangan, diluar dugaan calon warga di desa Benteng, karena masih dalam
suasana lebaran. Menurut Sekretaris Lapangan Kramat Ampana Badri Jawara, “kami
ikhlas untuk mengembangkan Tapak Wali Indonesia tanpa terikat dengan waktu. Hal
ini kami lakukan untuk merespon antusias calon warga di wilayah kepulauan
Togean yang cukup besar” Ujarnya.
Tiem TWI Lapangan Kramat Ampana |
calon warga Desa Benteng |
Kamis Malam usai sholat Isya, calon warga sudah
siap dilapangan, Tokoh masyarakat Kepulauan Togean Bapak Nasir Uka dalam usia
tujuh puluan sedang berlatih gerakan pengendalian.
Sejak diterapi di Ampana bapak Nasir Uka sudah memberi
dukungan atas pengembangan Tapak Wali Indonesia di Kepulauan Togean. Menurutnya,
Ilmu Tapak Wali berdampak positif bagi masyarakat. Terutama mempererat kembali
hubungan silaturrahim antar keluarga dan masyarakat. Disisi lain dapat
meminimalisir tindakan kriminal serta menjadi wahana pengobatan arternatif yang
sudah dirasakan masyarakat Benteng saat sosialisasi.
Dua malam gerak warga, sebagian warga harus kembali
Ke Ampana, Badri Jawara bertahan
dua hari, sedang Syahril disepakati tetap
tinggal di Benteng untuk memantapkan gerak pengendalian calon warga disana
bersama Kepala Desa dan Ustadz Ruslan.
Bpk Naser Uka memiliki semangat baja |
Desa Benteng adalah desa yang cukup strategis buat
pertahanan perang dimasa lampau saat perang Tobelo berlangsung. Desa yang
dikelilingi oleh pulau-pulau kecil sebagai tameng bagi desa dikaki gunung
tertinggi dikepuluan Togean. Peradaban terus berputar, hingga saat ini Desa
Benteng menjadi lahan perkebunan yang cukup subur.
Pohon kelapa dan cengkeh melatari pemandangan
alam didesa yang sejuk tersebut. Namun penerangan listrik masih terbatas hingga
pukul 22.00 malam. Hingga siaran TV tidak bisa dinikmati secara utuh oleh
masyarakat setempat. Penguna alat komunikasi HP dibatasi kuota itupun disatu
signal didapat hanya pada satu titik saja, tepatnya di tugu mensjid atau depan
kantor desa Benteng. Para remaja usia sekolah harus meninggalkan kampungnya
kuliah di Poso, Palu atau Gorontalo.
Lambaian Tangan Warga TWI yang tinggal bersama Masyarakat saat warga TWI Kembali Ke Ampana |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar