Selasa, 05 Agustus 2014

Gerak warga TWI di Kaki Gunung Benteng


Tiga Syawal 1435 H bertepatan Kamis 31 Juli 2014 sekitar pukul 10.00 wita rombongan warga Paguyuban Senibela diri Pernapasan Tapak Wali Indonesia (TWI) kembali berlayar ke kepulaun Togian. Perjalan bahari untuk kedua kalinya semenjak lapangan TWI Kramat 4 Benteng dibuka tanggal 17 Juli 2014 yang lalu...
Warga Tapak Wali Indonesia akan datang dan pergi ibarat gelombang menemui masyarakat Benteng sebagai saudaranya...menyatu dalam gerak bersama...

Laporan : Sam Asiku, S.Sos, MMG

Kapal motor kayu yang bertanase 20 ton yang ditumpangi merupakan kapal terakhir
yangdiberangkatkan dari 3 Kapal lainnya. Dalam lambung kapal warga TWI, masing-masing, Badri Jawara, Mamad Muluk, Sabarudin, Ustadz  Ruslan, Sam Asiku, Erwin Panape, Armyn TS Bula,  Syahril, Oman, Hans,  Oma Iya, Nur, Ely. Memilih tempatt strategis untuk tidur, karena pelayaran  berlangsung 5 jam.  Apalagi riak gelombang kecil sepanjang pelayaran, cukup membuai memancing mata terpejam.
 
Dari kejauhan awan kelabu menyelimuti Puncak Gunung Benteng pertanda hujan menyambut  kedatangan awal warga TWI dari Ampana. Namun ketika rombongan menginjakkan kaki didermaga Benteng langit cerah, masih terlihat  sisa air hujan di dedaunan dan jalan beton yang melingkari desa.

Kedatangan warga untuk melatih untuk
Tiem TWI Lapangan Kramat Ampana
mengaktifkan kembali lapangan, diluar dugaan calon warga di desa Benteng, karena masih dalam suasana lebaran. Menurut Sekretaris Lapangan Kramat Ampana Badri Jawara, “kami ikhlas untuk mengembangkan Tapak Wali Indonesia tanpa terikat dengan waktu. Hal ini kami lakukan untuk merespon antusias calon warga di wilayah kepulauan Togean yang cukup besar” Ujarnya.


calon warga Desa Benteng
Kamis Malam usai sholat Isya, calon warga sudah siap dilapangan, Tokoh masyarakat Kepulauan Togean Bapak Nasir Uka dalam usia tujuh puluan sedang berlatih gerakan pengendalian.
Sejak diterapi di Ampana bapak Nasir Uka sudah memberi dukungan atas pengembangan Tapak Wali Indonesia di Kepulauan Togean. Menurutnya, Ilmu Tapak Wali berdampak positif bagi masyarakat. Terutama mempererat kembali hubungan silaturrahim antar keluarga dan masyarakat. Disisi lain dapat meminimalisir tindakan kriminal serta menjadi wahana pengobatan arternatif yang sudah dirasakan masyarakat Benteng saat sosialisasi.

Dua malam gerak warga, sebagian warga harus kembali Ke Ampana, Badri Jawara bertahan
Bpk Naser Uka memiliki semangat baja
dua hari, sedang Syahril disepakati tetap tinggal di Benteng untuk memantapkan gerak pengendalian calon warga disana bersama Kepala Desa dan Ustadz Ruslan.


Desa Benteng adalah desa yang cukup strategis buat pertahanan perang dimasa lampau saat perang Tobelo berlangsung. Desa yang dikelilingi oleh pulau-pulau kecil sebagai tameng bagi desa dikaki gunung tertinggi dikepuluan Togean. Peradaban terus berputar, hingga saat ini Desa Benteng menjadi lahan perkebunan yang cukup subur.  
Pohon kelapa dan cengkeh melatari pemandangan alam didesa yang sejuk tersebut. Namun penerangan listrik masih terbatas hingga pukul 22.00 malam. Hingga siaran TV tidak bisa dinikmati secara utuh oleh masyarakat setempat. Penguna alat komunikasi HP dibatasi kuota itupun disatu signal didapat hanya pada satu titik saja, tepatnya di tugu mensjid atau depan kantor desa Benteng. Para remaja usia sekolah harus meninggalkan kampungnya kuliah di Poso, Palu atau Gorontalo. 
Lambaian Tangan Warga TWI yang tinggal bersama Masyarakat saat warga TWI Kembali Ke Ampana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar