Sabtu, 07 Juni 2014

PENDADARAN CALON DAN WARGA TWI AMPANA

Sabtu Malam 06 Juni 2014 bertempat dilapangan Kramat Ampana calon maupun warga Paguyuban Seni Beladiri Pernapasan Tapak Wali Indonesia (TWI) mengikuti Pendadaran (Ujian Fisik) sebelum diwisuda menjadi Warga TWI maupun yang naik tataran.

Hujan dari petang hingga pukul 20.15 wita baru berhenti bukan menjadi halangan bagi untuk pelaksanaan Agenda Wajib dalam Tapak Wali Indonesia. Sejak Sore hari lapngan sudah dibenahi, beberapa buah lampu ditambah agar lokasi pendadaran terang benderang. Pendadran yang berlansung hinggpukul 02.00 wita berlangsung aman dan tertip. Dimana kegiatan dihadiri oleh sekretaris Komda Sulawesi Tengah Muhlis Raya MMG dan sejumlah pengurus ranting Kabupaten Tojo Una-Una.

Hingga hari ini panitia pelaksana sedang menyiapkan sarana dan prasarana untuk kegiatan Pewisudahan yang dijadwalkan sebentar malam.

MAMPIR LOKASI WISATA TAMBURASI



                                                       SUNGAI TERPENDEK DIDUNIA

Saatnya kembali KeKampung Halaman
    Panorama tiga dimensi melatari lokasi  wisata Tamburasi yang memiliki keunikan tersendiri, seperti yang diinformasikan masyarakat setempat memiliki bahwa Sungai Tamburasi adalah sungai terpendek didunia. Lokasi wisata menyimpan  keunikan tersendiri   yang terletak didesa Tamburasi  Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka.

  Sekitar seratus meter dari pintu gerbang mengalir
Titian Menuju Hamparan Pasir
sungai yang jernih airnya searah dengan ruas jalan dibalik pintu gerbang. Sumber air dari balik batu cadas yang terjal, mengisi wadah kolam yang berdiameter sekitar 20 meter. Kontur tanh lebih tinggi dengan permukaan air kolam. Beberapa anak tangga beton sebagai sarana penghubung.
  Akar beringin menjuntai laksana rambut bidadari, unik terlihat ditiap akar yang merayap diatas batu dipenuhi simpul tali rapiah berbagai warna. Konon ikatan itu sengaja  dibuat oleh muda mudi menghakekatkan niat dalam hati.
Sumber Air Sungai Tamburasi
Diseberang aliran sungai, hamparan pasir  yang  memanjang yang sering digunakan bocah cilik bermain bola atau berlarian menjelang petang. Ingatanku mengenang kembali pantai selatan parang tritis atau pantai kute Bali. Meskipun masing-masing lokasi wisata tersebut memiliki keunggulan tersendiri.  

   Menuju Tamburasi dapat ditempuh dengan kenderaan roda empat sekitar 45 menit perjalanan dari ibu kota kolaka. Lokasi dikaki gunung yang dilintasi jalan utama sebagai urat nadi yang membelah propinsi Sulawesi Tenggara, selain jalur yang melewati Kabupaten Morowali.

    Memasuki areal wisata, kenderaan harus diparkir didepan gerbang yang dijaga oleh
petugas. Setiap pengunjung diwajibkan membayar ongkos masuk sebesar lima ribu rupiah. Sebelah kiri pintu masuk, bangunan kayu yang sudah tidak terawat. Kios-kios kecil menjual makanan dan minuman  berjajar didepan jalan setapak menuju lokasi permandian. Sapaan ramah dan senyum bersahabat dari para pemilik kios menyambut saya sepanjang jalan menuju sumber air. 

Lembayung Senja di Tamburasi
   Sebelah kiri mengalir air jernih dibatasi hamparan pasir memisahkan aliran air tawar dengan bibir pantai. Masyarakat sekitar sengaja membangun jembatan kayu menghubungkan hamparan pasir dengan  daratan.
    Dari lokasi ini para pengujung dapat menikmati lembayung senja mengantar sangsurya keperaduannya, indahnya panorama yang membuat turis asing berdecak kagum yang tergila-gila dengan  sunset.

    Dibantaran sungai masyarakat menyediakan benan (ban dalam mobil) bagi pengunjung
Simpul Kenangan
yang suka menyusuri aliran sungai atau suka berapung diatas air yang membual dari bali batu yang menjadi sumber air sungai terpendek tersebut.

  
Sang Jawara ingat masa Lampau
Persaudaraan
Saya menuju salah satu kios dekat pintu gerbang untuk mencicipi kopi dan kue Baje, sejenis panganan terbuat dari beras ketan dicampur gula merah dan parutan kelapa. Nikmat terasa, menikmati makanan ringan dibawah rimbunnya pohon beringin sambil dihembus  angin pantai yang sepoi-sopoi.
  Satu jam lamanya saya mereguh kenikmatan sang pencipta, hingga saya harus berarah pulang melanjutkan perjalanan ke Kabupaten Kolaka Utara dengan daya tempuh 3 sampai 4 jam lagi.

Ketika langkah berarah pulang




   
Saat Pengukuhan DAN III Atas Angk. Ke VI thn. 2014
Untuk ke enam kalinya pelaksanaan pengukuhan DAN III Atas warga Paguyuban seni Beladiri Tapak Wali Indonesia yang dikenal juga dikenal dengan sebutan TWI.

    Gelar Magister Muchtahul Gyube (MMG) telah dianugerahkan oleh Yang Mulia Guru besar Syekh H. Azis, BE, SE, MMG. Bagi  setiap warga TWI  yang telah menyelesaikan program pelatihan dan pendidikan spitual ilmu kebatinan dibeberapa padepokan yang tersebar di nusantara.
   
    Waktu terus berdentang hingga mengantar pada penghujung  kegiatan dan setiap warga
harus berarah pulang kekampung halaman,  membawa makna dan kesan dalam, teramat sulit dilukiskan dengan kata. Hari keberangkatan pulang adalah langkah awal, jejak sang master TWI, untuk menyebarkan ilmu yang diperoleh, guna kemakmuran alam semesta berserta isinya. Jiwa yang kokoh tak lagi mengenal teman maupun orang yang memusuhi, karena pada hakekatnya mereka adalah manusia yang harus diberi pertolongan ketika mereka membutuhkan. Kemulian dan cara bijak sang pendekar harus mengemuka, guna menolong diri sendiri, keluarga dan orang lain tanpa harus memandang status.

  
Ratusan kilometer berulang akan dilalui dengan tegar, pintu masuk Padepokan pusat  TWI Kendari sudah hilang saat mobil, belok kiri mengarah pulang memasuki salah satu ruas jalan utama di kota kendari.
Masih dibawah komando ketua Komda Andi Jamil, MMG iring-iringan mobil meninggalkan pintu masuk kota kendari menuju Kabupaten Kolaka. Beberapa kenderaan roda dua dan mobil, terpaksa meninggalkan barisan mobil karena arah pulang tidak lagi sama. Lambayan tangan persaudaraan hangat merasuki, sembari mengucapkan kata “jumpa lagi  tahun depan saudaraku.” Ditutup dengan bunyi klakson mobil tanda pisah. Tiba di Kolaka kami di jamu makan dipadepokan, sesudahnya saya dan teman-teman ngopi didepan jalan menuju padepokan. Perjalan dilanjutkan kembali dan mampir di Lokasi permandian Taburasi. Hingga sore hari kami tiba di Kabupaten Kolaka tepatnya di padepokan.

   Perjalanan masih panjang membentang, tak jauh dari pos pemeriksaan perbatasan

Kabupaten Poso dan Sulawesi Selatan, sebuah mobil truk jatuh tapi tidak sampai kedasar jurang. Salah satu teman melaporkan kejadian kecelakaan tersebut di Pos Polisi. Peta GPS menandakan kami sedang menyisir di tepian danau poso maka pada simpang desa Pendolo kami belok kiri ingin menikmati suadana danau diwaktu malam, namun hujan rintik yang menharuskan melanjutkan perjalanan. Kesan dalam hati saya, kondisi air danau Poso masih tetap jernih. Namun kami bertekat ingin kembali menikmati danauPoso di Tentena nanti meskipun ditengah malam.

   Namun di ruas jalan desa Taripa kami terpaksa berhenti, Antrian panjang kenderaan
Menunggu Antrian di Desa Taripa
menunggu jalan dibuka pada pukul 23.00 wita. Yang kemudiam jadwal bergeser 10 menit, baru  mobil yang saya tumpangi melaju kembali.

   Dipersimpangan kota Tentena mobil mengarah ke kota Tentena, cukup lama kaki saya tidak pernah menginjakan dilokasi yang ramai ketika vestifal danau Poso digelar.
Keinginan bisa melintasi jembatan kayu yang panjang, tetapi gerbangnya diperkecil agar tidak bisa dilalui kenderaan roda empat. Sebagai gantinya, jembatan beton dibangun dihulu  sekitar 100 meter. Dalam keremangan Kami melintasinya dan belok kembali setelah tiba diseberang.
Kota Tentena adalah kota kenangan yang menyimpan bagian perjalanku puluhan tahun
silam. Dua ratusan kilometer lagi harus dilalui hingga menjelang fajar, kami tiba dipintu gerbang Ibu Kota kabupaten (Malotong). Satu persatu warga TWI tiba dirumahnya untuk istirahat setelah perjalan yang melelahkan, namun membawa semangat untuk hari esok...Entah tahun besok pada kegiatan yang sama dalam moment yang berbeda,  akankah bersua kembali...

MOMENTUM PERINGATAN ISRA MI'RAJ DAN III ATAS DIKUKUHKAN




   
Suasana Peringata Isra Mi'raj di Islamic Centre Kendari
Selasa malam 26 Mei 2014 sekitar pukul 19.30 warga Paguyuban Seni Beladiri Pernapasan Tapak Wali Indonesia (TWI) memadati gedung Islamic Centre Kendari. Ratusan mengunakan pangsi hijau penyandang gelar Magister Muchtahul Guyube (MMG), sedang yang mengunakan pangsi Hitam adalah warga TWI yang akan dikukuhkan besok malam.
      Saat warga Dan III Atas yang akan dikukuhkan mengikuti gladi bersih dalam ruang Islamic Centre, para warga TWI berseragam Pangsi Hijau, melakukan gerak dipelantaran parkir yang cukup luas.

    Separuh malam warga yang akan dikukuhkan diarahkan kelapangan Parkir bergabung
dengan para MMG, untuk melakukan gerak pengendalian hingga tahap PAG. Seluruh sudut-sudat lapangan dijaga ketat oleh ratusan MMG dan sebagian mengambil posisi diantara pada warga yang berpangsi hitam. Lapangan disterilkan agar  Gerak TT tidak dapat dilihat oleh warga dibawah tataran Dan III Atas maupun yang bukan warga. Gerak TT adalah gerak DAN III Atas sebelum  di kukuhkan  dalam gelar MMG. Rangkaian kegiatan gerak malam itu berlangsung selama dua jam, selanjutnya kembali ketempat masing-masing menanti saat pengkuhan pada peringatan Isra Mij’raz bertepatan tanggal 27 Mei 2014. yang tertinggal digedung Islamic Centre hanya panitia yang masih terus membenahi  gedung hingga dini hari.

Rabu Malam  27 Mei 2014 sekitar pukul 19.00 ruangan Islamic Center mulai dipadati undangan maupun para wisudahan. diatas panggung dilatari  puluhan piala, samir dan tas berisi baju pangsi Hijau dan bingkai foto. Para wartawan berbagai Media cetak dan elektoronik mengambil tempat stategis untuk pengambilan gambar disamping para juru foto yang ditugaskan panita pelaksana kegiatan.

    Para undangan dan perwakilan pemerintah daerah Propinsi maupun pihak Kementrian Agama sudah mengisi sofa yang disiapkan panitia. Para wisudawan sebanyak 197 dialokasikan disayap  kanan ruangan posisi menghadap kekursi undangan. Sementara ditenda luar bagian kanan gedung sudah dipadati undangan pula.

    Seluruh isi gedung dan luar gedung berdiri,  saat Yang Mulia Guru Besar Syeikh H. Azis,
Warga TWI DAN III yang di Kukuhkan
BE, SE, MMG memasuki ruang pengukuhan, yang  menempati kursi deratan depan.  Seluruh rangkaian acara selesai ditutup dengan kegiatan pengambil gambar setiap komda  bersama guru besar dan Majelis Sabuk Hitam.  

    Kamis 28 Mei 2014 Ketika fajar menyingsing,  sekretariat pusat TWI  mulai dipadati warga TWI, dalam rangka mengikuti pelepasan warga TWI kembali kedaerah masing-masing oleh Guru Besar Tapak Wali Indonesia, namun sebelumnya pihak panitia telah menyiapkan sarapan. Hingga dengan demikian seluruh rangkaian pengukuhan DAN III Atas angkatan ke VI selesai. 


    Gelar bukan penghujung bagi seseorang menuntut ilmu di Tapak Wali Indonesia, namun ini merupakan awal sebuah pengabdian guna menyumbangkan ilmu yang diperoleh untuk dimanfaatkan pada jalan  kebaikan. Bekal ilmu Tapak Wali Indonesia diperoleh dimaanfaatkan untuk menolong diri sendiri,  baik baik bagi  diri sendiri, keluarga maupun orang lain.
    



Seuntai kata “ Sebaik-baiknya warga TWI
adalah mereka yang patuh dan tunduk selalu pada Pedoman Suci Paguyuban Seni Bela diri Tapak Wakli Indonesia.”  Insya Allah...

Jumat, 06 Juni 2014

RATUSAN KILOMETER MENUJU SULAWESI TENGGARA






 Menelusuri  Jalan  Basah
    Sejak tanggal 25 Mei 2014 warga Paguyuban Seni Beladiri pernapasan Tapak Wali Indonesia (TWI) berbagai warga Komisariat daerah (Komda) / propinsi di Indonesia berdatangan ke Kota Kendari ibu kota Sulawesi Tenggara. Baik yang mempergunakan kendaraan roda dua, roda empat maupun pesawat udara.

    Dari Komda Sulawesi Tengah, mengirim 13 warga DAN III Atas yang akan dikukuhkan masing-masing  2 warga dari lapangan Maleali kabupaten Parigi Moutong,  3 Warga dari lapangan Beringin kecamatan Ulubongka dan 8 warga dari Lapangan   Kramat Ampana Kabupaten Tojo Una-una.

    Sekitar 900 kilometer yang akan dilalui mengikuti lekuk bumi dan kaki pengunungan.
Beberapa ruas jalan sementara dalam pembenahan, hingga rata-rata kenderaan berlumur lumpur. Rombongan  Ampana  dengan dua mobil berangkat Senin malam 24 Mei 2014 sekitar pukul 20.00 wita, dilepas warga TWI Lapangan Kramat yang pada malam yang sama mengisi jadwal gerak. Syahdu terasa menerima jabatan tangan mengucapkan kata, selamat jalan semoga selamat hingga ditujuan, bahkan beberapa warga sempat menitik air mata haru.

   24 Mei 2014 Pukul 05.30 pagi saat mentari masih memerah diufuk timur, dua kenderaan
Simpang Tiga Kendari - Makasar
melaju tanpa henti, memasuki Tarengge simpang tiga Propinsi Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan. Disisi jalan depan mesjid Tarengge, sudah terparkir mobil yang ditumpangi lima warga Marowo dan Maleali. Hindangan kopi hangat dan supermie menjadi menu pada dinginnya pagi di Mangkutana.

   Jam tangan menujuk 7.45 saat 3 mobil harus bergerak lagi menuju Kabupaten Kolaka Utara dengan daya tempuh 5 jam perjalan kenderaan roda empat.  Kolaka
Mesjid Agung Kolaka Utara
Utara pemekaran kabupaten Kolaka, disana berdiri padepokan Tapak Wali Indonesia, yang memiliki warga TWI sebanyak enam ribuan warga. Kehadiran Warga Tapak Wali Padepokan Kramat Ampana  diterima di Padepokan Kolaka Utara, hindangan makanan dan teh manis sudah tersedia, menanti warga satu persatu membersihkan diri. Persaudaraan Tapak Wali sangat kental ketika saling bertemu dan menyapa, bertukar pengalaman dalam pengembangan warga Tapak Wali Indonesia.
  
   Pelataran parkir Padepokan TWI Kolaka
Warga TWI Komda Sulteng
Utara mulai dipenuhi mobil warga TWI setempat, bergabung dalam perjalanan yang panjang ke Kota Kolaka yang komandani  Bpk Andi Jamal, MMG ketua yang membawahi Komda Kolaka, Kolaka Utara dan Komda Sulawesi Tengah.
  
     Dalam perjalan ke Kolaka, kami diajak ketua Komda Andi Jamil, MMG melewati jalur
Gerbang Batas Malili - Kolut
pantai Kolaka Utara, bentang panorama sangat menawan dilatari oleh Mesjid Agung beratap keemasan. Pusat wisata pantai yang sukup asri, hingga kepusat perkantoran pemerintahan Kabupaten Kolaka Utara. Penataan infrastruktur dan penataan kota baru ini,  cukup elok mengoda hati para warga TWI dari luar kota Kolaka Utara mengabadikan dalam kamera masing-masing. sungguh panorama yang menawan, diatas langit keindahan pelangi membentang melengkapi anugerah sang pencipta...menyambut kemuning senja...

 
Memasuki kota kolaka, sepanjang pantai disenja hari sangat menawan mengantar iringan mobil kepusat kota. Keramaian malam mulai menelan iringan kenderaan yang cukup panjang memasuki halamam padepokan Kolaka. Warga  TWI semakin memadati padepokan Kolaka yang memiliki limabelas ribuan Warga dan beberapa pengurus TWI Kolaka Utara malam itu makan bersama.
  
Menlusuri jalan panjang DN 432 L
Malam itu pula 1 mobil yang ditupangi warta TWI Marowo dan Maleali dan  sebagian warga yang mengunakan motor dan kenderaan roda empat melanjutkan perjalanan kekendari. Sementara  sebagian besar menunggu pagi termasuk dua mobil yang ditumpangi 8 warga TWI Ampana yang kembali dipimpin oleh Bpk Andi Jamil, MMG. 
 
Selasa 25 Mei 2014 rangkaian kenderaan roda empat sekitar pukul 02.00 wita memasuki kota kendari, menuju sekretariat pusat. Disana sudah dipadati kenderaan dan warga TWI.
Warga TWI Kolaka Utara dan Ampana diarahkan ke rumah yang telah disiapkan panitia di daerah Perumnas Poasia sekitar 5 kilometer dari sekretariat pusat, tak jauh tempat itu sedang dibangun asrama berlantai empat dengan kapasitas empat puluh kamar, guna  menampung warga TWI ketika pengukuhan pada waktu  yang akan datang.